Title : Old Story
Author/twitter : taemaki (Wattpad: @taemaki)
twitter : @Imah_Kim
twitter : @Imah_Kim
Cast : Kim Taehyung
/ V (BTS) | Jeon Jungkook (BTS) | Oh Yoon (OC)
Genre : Friendship,
Hurt
Rating : T
Length : Oneshoot
Disclaimer :
cerita ini murni hasil pemikiran saya sendiri.. DON’T BE A PLAGIARIST!!
Author Note’s : Hi!!
Ini merupakan FF Oneshoot pertama aku, jadi butuh banget saran dan komentarnya,
demi kemajuan aku dalam menulis kedepannya. Kalau banyak kekurangan disana-sini
tulis aja dikomentar ^_^ gumawo~
-
Aku
kembali..
Aku
kembali hanya untuk ‘melihat’ mereka
bukan ‘bertemu’. Sekarang mimpi lama
mereka telah tercapai dan mereka kembali merajut mimpi yang baru, sedangkan aku
masih sama.. tetap menyedihkannya, bahkan setelah dua tahun berlalu...
~
Semua
ARMY kembali berteriak histeris, ketika intro Boy In Luv mulai terdengar memenuhi
tempat showcase. Aku ikut mengayunkan lightstik ditangan kananku penuh
semangat, bersamaan dengan tetesan air bening yang mulai jatuh membasahi
pipiku, dengan cepat tangan kiriku menyekanya kasar dan segera mencoba
menstabilkan emosiku.
Jeon
Jeongguk... Kim Taehyung...
Menyedihkan!
Cengeng! entah yang mana kata yang cocok dilontarkan untukku sekarang, yang
tengah menangis di antara ratusan bahkan ribuan orang yang tengah bersorak
dalam kegembiraan. Mungkin, sekarang aku tengah berselimutkan penyesalan atau malah
diselimuti kemarahan yang teramat besar, entahlah.. Tak perlu aku ungkit lagi
semua.. itu, demi orang-orang yang bahkan sampai saat inipun masih teramat
special untukku.
**FLASHBACK**
“Oh
Yoon”, panggilan singkat itu selalu aku dengar tepat setelah kelas dibubarkan
Suara
yang selalu terdengar merdu bagi telingaku itu adalah milik Jeon Jeongguk teman
satu sekolah dan kini teman seperjuangan sebagai trainee disebuah agensi
entertaiment. Kami berasal dari daerah yang sama, sekolah yang sama dan
sekarang agensi yang sama. Terhitung sudah dua bulan kami menjalani kehidupan
sebagai trainee bersama-sama, alasan itulah yang membuat kami dekat dan sering
menghabiskan waktu bersama.
Pasti,
banyak gadis-gadis yang iri padaku karena bisa dekat dengan pemuda tampan yang
satu ini. Meski sering terlihat diam dan lebih senang sendiri, semua itu malah
menjadi pesona tersendiri bagi Jungkook. Sebelum aku mendapatkan teror dari
para penggemar Jungkook, aku selalu tegaskan bahwa kedekatanku dengan Jungkook
hanya sebatas “teman!”, ya.. kami memang hanya teman.
“sudah
berapa lama ya kita trainee?”, tanyaku semangat memecah kesunyian malam
Kesunyian,
adalah hal yang harus dibiasakan saat kau bersama Jungkook. Permuda tampan ini
teramat pendiam, bahkan untuk melihat pergerakan manik matanya memperhatikan
sesuatu saja sangat sulit.
“dua
bulan”, jawabnya singkat yang memancing kekesalanku
Memang
jawaban yang selalu seperlunya adalah ciri khas Jungkook, tapi tetap saja aku
masih selalu kesal saat dia berlaku seperti itu padaku. Hehh.. dia menertawakan
wajah kesalku untuk kesekian kalinya. Sepertinya, wajah kesalku terlihat begitu
lucu bagi orang yang mungkin rahangnya sudah kaku karna jarang sekali tertawa
ini.
**
Aku
baru keluar dari ruang latihan, seperti biasa Jungkook menunggu didepan ruang
latihan untuk pulang bersama. Kali ini ada yang asing, disisi kiri Jungkook
berdiri seorang pemuda dengan senyum perseginya dan melambai ke arahku. Tak
biasanya Jungkook bersama orang lain, selain aku.. pikirku
“aku
Taehyung. Kim Taehyung”, kata pemuda itu sambil menengadahkan tangannya ingin
berjabat
Aku
lantas langsung menoleh ke arah Jungkook meminta penjelasan, namun tak satupun
penjelasan yang didapat. Pemuda dingin itu malah berjalan mendahuluiku,
meninggalkan aku dengan seonggok manusia varietas baru yang bernama Kim
Taehyung.
Kim
Taehyung, pemuda dengan pemikiran yang tak seperti orang kebanyakan ini ternyat
baru seminggu menjadi trainee di agensi yang sama denga aku dan Jungkook, serta
memiliki daerah tempat tinggal yang sama pula, yang membuatnya memutuskan
secara sepihak untuk pulang bersama aku dan Jungkook.
Punggung
Jungkook terlihat jelas didepanku, ia berjalan lebih cepat didepan tapi tetap
menjaga jaraknya agar tak terlalu jauh dariku. Dibelakang, aku kewalahan
meladeni Taehyung yang sepertinya tak ingin larut dalam kesunyian diwaktu malam,
seperti yang selalu aku lalui bersama Jungkook biasanya.
Tak
hentinya aku tertawa saat Taehyung berpola, ya.. dalam waktu singkat aku merasa
dapat berteman dengan Taehyung yang penuh keanehan. Tiba-tiba saja Jungkook menghentikan
langkahnya, kesimpulanku mungkin ia terganggu karena dunia sunyinya terusik
oleh aku dan Taehyung. Lantas ia berbalik menatap tajam aku dan Taehyung
bergantian, tak bicara apapun. Tapi aku memahami apa yang Jungkook maksud, ia
tak ingin menjadi orang yang diabaikan. Lantas aku menggandeng lengan Jungkook
erat dan berjalan bersamanya meninggalkan Taehyung yang mengekor dibelakang.
Jungkook tersenyum.. aku selalu senang melihat pemuda mempesona ini tersenyum
saat didekatku.
“ayo
berjalan bersama”, tiba-tiba tangan kurus Taehyung menggandeng lenganku disisi
yang lain
Aku
kaget.. ku lihat wajahnya yang menatap lurus kedepan, rahangnya yang tegas
berpadu indah dengan batang hidungnya yang tinggi. Keringat yang membasahi
bagian dalam rambutnya membuatnya terlihat berkilau, dan itu pertama kalinya
aku melihat Taehyung begitu dekat.
“kajja!”,
tepat setelah kata itu keluar, wajah kurus Taehyung menoleh ke arahku yang dihiasi
senyum persegi khas miliknya
Deg..
Entah
sejak kapan senyum lebar bodoh itu merasuki pikiranku dan membuat organ
didadaku berdetak hebat.
**
“dia
ke ruang musik lagi?”, tanyaku segera setelah melihat sosok Taehyung berdiri seorang
diri disebrang pintu ruang latihanku
“hmm..”,
jawaban singkat itu yang keluar dari Taehyung yang berjalan disampingku.
Aku
masih membenci jawaban yang sekenanya seperti itu, aku menoleh kearahnya yang
malah sibuk memandangi kakinya, yang membuatku latah dan ikut memandang ke bawah.
“dimana
sepatumu?”, tanyaku penasaran pada Taehyung yang memakai sendal jepit lusuh.
“rusak?”.
Satu
anggukkan dari Taehyung menjawab pertanyaanku.
“coba
aku lihat”, ucapku sambil membantu mengeluarkan sepatu dari tas ransel abu-abu
yang dipakainya. “ini masih bisa diberi lem.. Ayo!”, aku menarik Taehyung segera
kesebuah mini market
Kami
duduk dikursi yang sudah tersedia didalam minimarket, dengan lem perekat dan
dua mangkuk ramen. Diluar baru saja turun hujan, jadi aku mengajak Taehyung
untuk menyantap ramet hangat dahulu sambil memberi lem pada sepatunya yang
rusak, ketimbang harus kembali ke dorm basah-basahan.
“Tae,
pegang sisi yang ini. Sampai lem nya kering”, titahku pada Taehyung, yang
membuatnya menyeret kursi untuk duduk lebih dekat denganku.
“ah
tanganku!”, ucap Taehyung tiba-tiba mengagetkan aku, yang tengah sibuk menatap
layar telpon genggam
“Omo
tanganmu terkena lem? Coba aku lihat”, aku meraih tangan kanan Taehyung yang
terlihat jari jempol dan telunjuknya menempel. “kenapa kau tidak hati-hati..
bagaimana!”, lakuku panik
Hahaha
Tawa
besarnya membuatku terhenti, Aku mendongakkan wajahku yang semula tertunduk
mengkhawatirkannya, “kau mengerjaiku?”, ku tepis tangannya kasar dan
memalingkan pandanganku ke arah luar dinding kaca minimarket itu.
“Yoon-aah..
Oh Yoon-aah mianhae”, katanya dengan wajah memelas sambil mengulum senyum
gelinya, yang terpantulkan samar-samar dari dinding kaca minimarket
Lantas
aku malah melihat layar telpon genggamku yang baru saja aku pakai untuk
mendownload sebuah film. Aku menekan play dan fokus pada layar tanpa
menghiraukan kegilaan Taehyung, pemuda itu mulai menyerah dalam usahanya
membujukku.
Aku
mulai haru, terlalu terbawa emosi karena sebuah sad movie yang aku lihat dari
telpon genggamku. Isakanku menimbulkan suara yang membuat Taehyung yang sedang menikmati
ramyeon nya tercekat dan malah memandangiku lekat. Bukannya malah memberiku
tisu, laki-laki bodoh itu malah menirukan isakan ku dengan anehnya.
“hentikan
Tae!”, rengekku malu, yang tak digubrisnya
“YA!!
Kim Taehyung!!”
Pemuda
itu terhenti, dalam sekejam suasana berubah, sekarang ia menatapku dalam.
Tangan kanannya mulai menyentuh pipiku dan menyeka air mataku yang masih
menimbulkan bekas dipipi. “jangan menangis..”, kata yang keluar dari mulut
Taehyung barusan membuat detak didadaku semakin menjadi dan membuat darah yang
terpompa hanya berfokus diwajahku. Suara Taehyung seolah mempunyai kekuatan
magis, yang mampu membuatku merasakan getaran aneh hanya dengan satu kalimat
yang keluar dari mulutnya.
Atau
mungkin karena tak ada Jungkook.. alasan lain yang membuat kedekatanku dan
Taehyung semakin intens. Terhitung sudah hampir sebulan kami tak pernah pulang
bersama, Jungkook selalu pulang lebih larut dariku, ia tak pernah mengizinkan
aku untuk menunggunya sampai pulang, ia malah menyuruhku pulang bersama
Taehyung. Entah apa yang ada dipikirkannya, sehabis latihan khusus selalu saja
keruang musik.
**
Pagi
ini terasa special, meski aku terperangkap di dorm dan jauh dari rumah dihari
ulang tahunku. Tapi tadi malam, lebih tepatnya tepat tengah malam, setelah
mendapat pesan ucapan selamat ulang tahun dari ibuku, pemuda bernama Kim
Taehyung itu menelponku dan menyanyikan selamat ulang tahun untukku. Entah
sejak kapan, mendengar suara Taehyung melalui telpon terasa begitu special
buatku, sehingga membuatku terus tersenyum sampai pagi ini..
Aku
bergegas mandi untuk berangkat ke tempat latihan, karena hari ini libur sekolah
jadi jadwalku langsung berawal diruang latihan. Aku keluar dengan senyum
lebarku, saat tahu bahwa Taehyung sudah menungguku diluar.
“kau
kenapa?”, pertanyaan itu langsung saja keluar, saat kulihat ekspresi Taehyung
yang kurang baik
“Jungkook...
aku khawatir padanya”, kata Taehyung yang terlihat betul sedang khawatir. “semalam
ia pulang ke dorm sangat larut. Sekitar jam satu pagi, aku melihat tangan
kanannya di gips. Saat aku tanya, ia tak menjawab apapun dan masuk ke kamar
mandi dalam waktu yang lama. Saat aku terbangun dipagi hari, ia sudah tak ada
di dorm.” Jelas Taehyung
Setelah
mendengarnya, tanpa aba-aba aku segera menelpon Jungkook. Ia mengabaikan
panggilan pertamaku, tapi aku terus mencoba menghubunginya
“Jungkook
kau dimana?!!”, tanyaku cepat setelah Jungkook menjawab telponku yang kesekian.
“aku
harus pergi Tae.. mian.” Aku berlari meninggalkan Taehyung didepan dorm, segera
setelah Jungkook memberitahukan keberadaannya.
**
Prang!!
Prang!! terdengar suara piano yang ditekan asal. Aku segera masuk keruang bawah
tanah tempat sumber suara itu dan menemukan Jungkook disana sedang tertunduk
didepan sebuah piano tua.
“Jungkook-aah
apa yang kau lakukan?!!”, tanyaku segera
Aku
tersentak saat melihat Jungkook mengangkat wajahnya dengan mata yang sembab,
hatiku sakit melihatnya seperti itu. Aku berjongkok didepannya dan meraih
tangannya yang di masih gips.
“Jungkook-aah,
apa yang kau lakukan?”, aku mengusap tangan itu pelan, dengan mata yang
berkaca-kaca.
Laki-laki
itu memelukku degan satu tangannya yang masih berfungsi baik, terdengar jelas
isakannya ditelingaku. Aku menepuk pundaknya, mencoba memberi ketenangan
“aku
merusak tanganku dihari penting ini, aku sudah berlatih memainkannya, tapi
sekarang sia-sia dengan tanganku yang seperti ini”, ucapnya susah payah
“tak
ada yang sia-sia, kau dapat memainkannya saat tanganmu sembuh”, kataku
menguatkannya, sambil terus menepuk pundaknya
Ia
melepaskan pelukannya, “tak ada hari lain, untuk hadiah ulang tahunmu”,
“kau
berlatih selama sebulan hanya untuk hari ini?”, tanyaku dengan suara agak
keras.
Pemuda
didepanku itu malah tersenyum seraya mengangguk pelan.
“Hentikan kebodohanmu! Aku tak perlu hadiah
apapun Kook, Yang terpenting adalah kesembuhan tanganmu, agar kau bisa merajut
kembali mimpi-mimpimu”, lirihku pada Jungkook
“aku
tak baik dalam merangkai kata, aku tak punya lelucon atau tingkah aneh seperti
yang Taehyung lakukan, tapi hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membuatmu
tersenyum”, jelas Jungkook sambil mengusap kepalaku dan tersenyum
“tapi..
buatku mimpimu yang paling penting”, ucapku pelan dengan diiringi cairan bening
yang mulai jatuh
Tangan
besarnya menghapus butiran air yang membasahai pipiku, kemudian menuntunku
untuk sama-sama duduk dan bermain piano bersama. Aku membantunya bermain piano
dan aku bernyanyi lagu favoritku, aku tersenyum pada teman baikku ini karena
lebih mementingkan aku dari pada memikirkan mimpinya, aku senang memilikinya
dihidupku.
Jungkook
tersenyum pula padaku, “aku menyukaimu”, setelah kata itu ia memelukku lagi..
Aku
tercekat, kenapa malah terlintas wajah Taehyung. Aku menjauhkan tubuh Jungkook,
aku menatapnya sesaat sebelum aku keluar ruangan itu meninggalkannya.
Deg..
Sosok
yang baru saja terlintas di pikiranku, entah sejak kapan sudah berdiri di
tangga ini dan melihat kearahku dan Jungkook. “Tae..”
Aku
tak sanggup melihat matanya yang sendu, aku berlalu mengacuhkannya. Terdengar
sayup-sayup ditelinga ia memanggil namaku, tapi tak aku hiraukan karena suasana
hatiku sedang tak karuan..
**
“Yoon-ah
ada temanmu datang menjenguk”, suara ibu dari balik pintu
Terhitung
sudah dua hari setelah kejadian itu aku tak pernah datang untuk latihan dengan
alasan sakit.
“Yoon-ah..”,
suara Taehyung yang diikuti dirinya muncul dari balik pintu.
Senyum
yang selalu aku rindukan, senyum yang tak sedikitpun berubah bahkan setelah
kejadian itu.
“Kookie-ah
masuklah”, Taehyung menarik Jungkook yang ternyata ada dibelakangnya.
Saat
itu dalam hatiku terus berkata, “aku mohon.. Jungkook belum mengatakan apapun
pada Taehyung, tentang perasaannya padaku”.
Jungkook
terus saja mengajakku bicara, sedangkan Taehyung hanya duduk di ujung tempat
tidurku sambil terus memainkan telpon genggamnya. Bahkan mungkin ia tak
menyadari aku yang terus melirik ke arahnya, aku hanya berharap Taehyung bisa
ikut duduk lebih dekat dan tertawa bersamaku.
Aku
merasa ada yang aneh pada sikap Taehyung, biasanya ia tak akan betah diam walau
hanya sebentar dan akan langsung saja masuk diantara pembicaraan aku dan Jungkook.
Tapi sekarang ia lebih diam, apa yang terjadi padanya..
“aku
harus pamit sekarang, Jin hyung mengajaku pergi”, ucap Taehyung tiba-tiba
seraya menepuk pundak Jungkook. “aku duluan ya?”, yang dibalas anggukan singkat
Jungkook
Jangan
pergi Tae.. kita bahkan belum bicara apapun. Ingin rasanya kalimat seperti itu
keluar dari mulutku, hanya saja aku tak ingin membuat Jungkook merasakan sakit.
**
“Tae!!
Berhenti!”, teriakku pada Taehyung yang baru saja aku lihat membeli minuman
dari sebuah mesin otomatis. “Tae berhenti! Kenapa kau terus menghindar?”.
“ayolah
Yoon hentikan~”, ucapnya malas
“aku
menyukaimu!!”, pada akhirnya teriakanku menghentikannya.
Ia
berbalik dan berjalan ke arahku, “jangan egois Yoon!! Hargailah perasaan
Jungkook, hentikan menyukaiku. Hentikan bersikap peduli padaku. Hentikan!”,
jelasnya lirih dengan menekankan setiap katanya sambil menatap ke arahku nanar
Aku
tercekat setelah mendengar kata-kata Taehyung, dia benar.. akulah yang egois
yang lebih mementingkan perasaanku sendiri. Aku tak memikirkan perasaan orang
yang bahkan lebih mementingkan memberi kebahagiaan padaku, Jungkook. Aku tak
pernah memikirkan bagaimana pertemanan antara Taehyung dan Jungkook nantinya
jika aku terus memaksakan perasaanku seperti ini.
Sekujur
tubuhku mulai bergetar karena menahan tangis yang sebentar lagi pecah, Taehyung
menurunkan nada suaranya. “Yoon.. dengarkan aku. Jungkook yang lebih dulu
menyukaimu, aku tak ingin keberadaanku memberikan rasa sakit untuknya”, jelas
Taehyung lagi kemudian mencoba pergi
Aku
menahan tangannya dan berdiri didepannya sambil menangis, aku mencoba membuat
manik matanya bertemu dengan mataku, tapi tangan itu melepaskan tanganku dan
pergi. Padahal aku hanya ingin tahu jawaban atas perasaanku saja, agar aku
tahu.. aku harus bagaimana.
**FLASHBACK
END**
aku
melihat kearah telpon genggam yang masih bergetar dan baru saja ku ambil dari
dalam tas kecilku, nama ayahku yang tertera dilayar.
“kau
jadi ikut ayah kembali ke Filipina malam ini?”, tanya Ayah dari sebrang telpon,
yang terdengar olehku samar-samar
Aku
berjalan, melewati kerumunan yang berdesakkan menuju pintu keluar untuk
menelpon ayahku yang baru saja aku putuskan secara sepihak karena terlalu
berisik.
“ya
ayah.. aku ikut”, jawabku singkat segera setelah ayah mengangkat telponnya
Aku
kembali masuk kedalam tempat showcase berlangsung, setelah membuat janji untuk
bertemu dibandara pukul 22.00 KST nanti. Keadaan didalam sudah agak tenang, tak
ada suara musik yang terdengar acara, sudah beralih kesesi tanya jawab antara
fans dan member BTS.
Dengan
pose melipat tangan didada, aku berdiri dibarisan belakang karena tak mungkin
lagi untuk menerobos kedepan. MC mulai membacakan beberapa pertanyaan yang
sudah dipilih member BTS dari papan pertanyaan, yang terdiri dari
pertanya-pertanyaan yang sudah ditulis fans langsung, mungkin pertanyaan gila
yang ku tulis juga terselip disana.
“siapakah
member yang paling banyak memiliki aegyeo?”, tanya mc setelah membaca sebuah
note warna kuning
Semua
member serempak menunjuk ke arah V yang tengah sibuk memainkan microphone
ditangannya.
“aku..?”,
tanyanya kemudian tertawa
“ayo
perlihatkan aegyeo mu.”, kata Suga sambil mengambil alih microphone ditangan V
Semua
orang tertawa melihat aegyeo V yang lebih tepat jika disebut aneh, aku pun ikut
tertawa diantara keramaian itu.
Perlahan
mata ini mulai berkaca-kaca, dua detik kemudian airnya terasa membasahi pipi. Kenangan-kenangan
yang lalu mulai kembali, saat V selalu membuatku tertawa karena tingkahnya.
Bahkan saat aku menonton film yang sedih sekalipun, atmosfirnya akan berbeda
jika itu ditonton bersamanya.
“bagaimana
dengan maknae? Biasanya maknae penuh dengan aegyeo”, tanya MC yang diiringi
dengan sedikit penjelasan
“ueeyy..”,
seru semua member serempak sambil memusatkan perhatiannya pada Jungkook yang
tengah tersenyum simpul tertunduk malu.
“aku
maknae yang tak punya aegyeo..”, jelas Jungkook kemudian melemparkan
pandangannya ke arah penonton
Mata
itu, mata yang dulu selalu menatapku tajam.. tatapan yang selama dua tahun
selalu aku rindukan, kini tepat bertemu dengan manik mataku yang tengah
menatapnya intens.
**
Setelah
menyanyikan lagu terakhirnya yang berjudul I Like It, showcase pun ikut berakhir.
Aku masih berdiri ditempat, menunggu kerumunan itu sepi sambil melihat kearah
layar telpon genggamku yang sudah menunjukkan pukul 21.14 KST.
Sesekali
aku melirik ke arah panggung yang sudah kosong, berharap Taehyung atau Jungkook
akan keluar mencari keberadaanku atau mungkinseorang staf yang di utus untuk
menuntunku ke mereka. Aku mohon kali ini adegan yang aku selalu lihat dalam
cerita fiksi terjadi dalam hidupku.. aku harap mereka menahanku sebelum aku
pergi jauh, lagi..
Aku
berusaha memulihkan suasana hatiku dan keluar dari tempat showcase ini dengan
perasaan yang sama seperti dua tahun lalu saat aku meninggalkan mimpiku untuk
debut sebagai penyanyi dan pergi dari kehidupan mereka.
Now
we are just a memory..
I
was happy..
Don’t
forget me..
Let’s
meet again..
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar