Senin, 03 November 2014

BTS FANFICTION - Old Story






















Title     : Old Story
Author/twitter : taemaki (Wattpad: @taemaki)
twitter  : @Imah_Kim
Cast     : Kim Taehyung / V (BTS) | Jeon Jungkook (BTS) | Oh Yoon (OC)
Genre   : Friendship, Hurt
Rating  : T
Length : Oneshoot
Disclaimer       : cerita ini murni hasil pemikiran saya sendiri.. DON’T BE A PLAGIARIST!!
Author Note’s  : Hi!! Ini merupakan FF Oneshoot pertama aku, jadi butuh banget saran dan komentarnya, demi kemajuan aku dalam menulis kedepannya. Kalau banyak kekurangan disana-sini tulis aja dikomentar ^_^ gumawo~



-

Aku kembali..
Aku kembali hanya untuk ‘melihat’ mereka bukan ‘bertemu’. Sekarang mimpi lama mereka telah tercapai dan mereka kembali merajut mimpi yang baru, sedangkan aku masih sama.. tetap menyedihkannya, bahkan setelah dua tahun berlalu...
~
Semua ARMY kembali berteriak histeris, ketika intro Boy In Luv mulai terdengar memenuhi tempat showcase. Aku ikut mengayunkan lightstik ditangan kananku penuh semangat, bersamaan dengan tetesan air bening yang mulai jatuh membasahi pipiku, dengan cepat tangan kiriku menyekanya kasar dan segera mencoba menstabilkan emosiku.
Jeon Jeongguk... Kim Taehyung...
Menyedihkan! Cengeng! entah yang mana kata yang cocok dilontarkan untukku sekarang, yang tengah menangis di antara ratusan bahkan ribuan orang yang tengah bersorak dalam kegembiraan. Mungkin, sekarang aku tengah berselimutkan penyesalan atau malah diselimuti kemarahan yang teramat besar, entahlah.. Tak perlu aku ungkit lagi semua.. itu, demi orang-orang yang bahkan sampai saat inipun masih teramat special untukku.
**FLASHBACK**
“Oh Yoon”, panggilan singkat itu selalu aku dengar tepat setelah kelas dibubarkan
Suara yang selalu terdengar merdu bagi telingaku itu adalah milik Jeon Jeongguk teman satu sekolah dan kini teman seperjuangan sebagai trainee disebuah agensi entertaiment. Kami berasal dari daerah yang sama, sekolah yang sama dan sekarang agensi yang sama. Terhitung sudah dua bulan kami menjalani kehidupan sebagai trainee bersama-sama, alasan itulah yang membuat kami dekat dan sering menghabiskan waktu bersama.
Pasti, banyak gadis-gadis yang iri padaku karena bisa dekat dengan pemuda tampan yang satu ini. Meski sering terlihat diam dan lebih senang sendiri, semua itu malah menjadi pesona tersendiri bagi Jungkook. Sebelum aku mendapatkan teror dari para penggemar Jungkook, aku selalu tegaskan bahwa kedekatanku dengan Jungkook hanya sebatas “teman!”, ya.. kami memang hanya teman.
“sudah berapa lama ya kita trainee?”, tanyaku semangat memecah kesunyian malam
Kesunyian, adalah hal yang harus dibiasakan saat kau bersama Jungkook. Permuda tampan ini teramat pendiam, bahkan untuk melihat pergerakan manik matanya memperhatikan sesuatu saja sangat sulit.
“dua bulan”, jawabnya singkat yang memancing kekesalanku
Memang jawaban yang selalu seperlunya adalah ciri khas Jungkook, tapi tetap saja aku masih selalu kesal saat dia berlaku seperti itu padaku. Hehh.. dia menertawakan wajah kesalku untuk kesekian kalinya. Sepertinya, wajah kesalku terlihat begitu lucu bagi orang yang mungkin rahangnya sudah kaku karna jarang sekali tertawa ini.
**
Aku baru keluar dari ruang latihan, seperti biasa Jungkook menunggu didepan ruang latihan untuk pulang bersama. Kali ini ada yang asing, disisi kiri Jungkook berdiri seorang pemuda dengan senyum perseginya dan melambai ke arahku. Tak biasanya Jungkook bersama orang lain, selain aku.. pikirku
“aku Taehyung. Kim Taehyung”, kata pemuda itu sambil menengadahkan tangannya ingin berjabat
Aku lantas langsung menoleh ke arah Jungkook meminta penjelasan, namun tak satupun penjelasan yang didapat. Pemuda dingin itu malah berjalan mendahuluiku, meninggalkan aku dengan seonggok manusia varietas baru yang bernama Kim Taehyung.
Kim Taehyung, pemuda dengan pemikiran yang tak seperti orang kebanyakan ini ternyat baru seminggu menjadi trainee di agensi yang sama denga aku dan Jungkook, serta memiliki daerah tempat tinggal yang sama pula, yang membuatnya memutuskan secara sepihak untuk pulang bersama aku dan Jungkook.
Punggung Jungkook terlihat jelas didepanku, ia berjalan lebih cepat didepan tapi tetap menjaga jaraknya agar tak terlalu jauh dariku. Dibelakang, aku kewalahan meladeni Taehyung yang sepertinya tak ingin larut dalam kesunyian diwaktu malam, seperti yang selalu aku lalui bersama Jungkook biasanya.
Tak hentinya aku tertawa saat Taehyung berpola, ya.. dalam waktu singkat aku merasa dapat berteman dengan Taehyung yang penuh keanehan. Tiba-tiba saja Jungkook menghentikan langkahnya, kesimpulanku mungkin ia terganggu karena dunia sunyinya terusik oleh aku dan Taehyung. Lantas ia berbalik menatap tajam aku dan Taehyung bergantian, tak bicara apapun. Tapi aku memahami apa yang Jungkook maksud, ia tak ingin menjadi orang yang diabaikan. Lantas aku menggandeng lengan Jungkook erat dan berjalan bersamanya meninggalkan Taehyung yang mengekor dibelakang. Jungkook tersenyum.. aku selalu senang melihat pemuda mempesona ini tersenyum saat didekatku.
“ayo berjalan bersama”, tiba-tiba tangan kurus Taehyung menggandeng lenganku disisi yang lain
Aku kaget.. ku lihat wajahnya yang menatap lurus kedepan, rahangnya yang tegas berpadu indah dengan batang hidungnya yang tinggi. Keringat yang membasahi bagian dalam rambutnya membuatnya terlihat berkilau, dan itu pertama kalinya aku melihat Taehyung begitu dekat.
“kajja!”, tepat setelah kata itu keluar, wajah kurus Taehyung menoleh ke arahku yang dihiasi senyum persegi khas miliknya
Deg..
Entah sejak kapan senyum lebar bodoh itu merasuki pikiranku dan membuat organ didadaku berdetak hebat.
**
“dia ke ruang musik lagi?”, tanyaku segera setelah melihat sosok Taehyung berdiri seorang diri disebrang pintu ruang latihanku
“hmm..”, jawaban singkat itu yang keluar dari Taehyung yang berjalan disampingku.
Aku masih membenci jawaban yang sekenanya seperti itu, aku menoleh kearahnya yang malah sibuk memandangi kakinya, yang membuatku latah dan ikut memandang ke bawah.
“dimana sepatumu?”, tanyaku penasaran pada Taehyung yang memakai sendal jepit lusuh. “rusak?”.
Satu anggukkan dari Taehyung menjawab pertanyaanku.
“coba aku lihat”, ucapku sambil membantu mengeluarkan sepatu dari tas ransel abu-abu yang dipakainya. “ini masih bisa diberi lem.. Ayo!”, aku menarik Taehyung segera kesebuah mini market
Kami duduk dikursi yang sudah tersedia didalam minimarket, dengan lem perekat dan dua mangkuk ramen. Diluar baru saja turun hujan, jadi aku mengajak Taehyung untuk menyantap ramet hangat dahulu sambil memberi lem pada sepatunya yang rusak, ketimbang harus kembali ke dorm basah-basahan.
“Tae, pegang sisi yang ini. Sampai lem nya kering”, titahku pada Taehyung, yang membuatnya menyeret kursi untuk duduk lebih dekat denganku.
“ah tanganku!”, ucap Taehyung tiba-tiba mengagetkan aku, yang tengah sibuk menatap layar telpon genggam
“Omo tanganmu terkena lem? Coba aku lihat”, aku meraih tangan kanan Taehyung yang terlihat jari jempol dan telunjuknya menempel. “kenapa kau tidak hati-hati.. bagaimana!”, lakuku panik
Hahaha
Tawa besarnya membuatku terhenti, Aku mendongakkan wajahku yang semula tertunduk mengkhawatirkannya, “kau mengerjaiku?”, ku tepis tangannya kasar dan memalingkan pandanganku ke arah luar dinding kaca minimarket itu.
“Yoon-aah.. Oh Yoon-aah mianhae”, katanya dengan wajah memelas sambil mengulum senyum gelinya, yang terpantulkan samar-samar dari dinding kaca minimarket
Lantas aku malah melihat layar telpon genggamku yang baru saja aku pakai untuk mendownload sebuah film. Aku menekan play dan fokus pada layar tanpa menghiraukan kegilaan Taehyung, pemuda itu mulai menyerah dalam usahanya membujukku.
Aku mulai haru, terlalu terbawa emosi karena sebuah sad movie yang aku lihat dari telpon genggamku. Isakanku menimbulkan suara yang membuat Taehyung yang sedang menikmati ramyeon nya tercekat dan malah memandangiku lekat. Bukannya malah memberiku tisu, laki-laki bodoh itu malah menirukan isakan ku dengan anehnya.
“hentikan Tae!”, rengekku malu, yang tak digubrisnya
“YA!! Kim Taehyung!!”
Pemuda itu terhenti, dalam sekejam suasana berubah, sekarang ia menatapku dalam. Tangan kanannya mulai menyentuh pipiku dan menyeka air mataku yang masih menimbulkan bekas dipipi. “jangan menangis..”, kata yang keluar dari mulut Taehyung barusan membuat detak didadaku semakin menjadi dan membuat darah yang terpompa hanya berfokus diwajahku. Suara Taehyung seolah mempunyai kekuatan magis, yang mampu membuatku merasakan getaran aneh hanya dengan satu kalimat yang keluar dari mulutnya.
Atau mungkin karena tak ada Jungkook.. alasan lain yang membuat kedekatanku dan Taehyung semakin intens. Terhitung sudah hampir sebulan kami tak pernah pulang bersama, Jungkook selalu pulang lebih larut dariku, ia tak pernah mengizinkan aku untuk menunggunya sampai pulang, ia malah menyuruhku pulang bersama Taehyung. Entah apa yang ada dipikirkannya, sehabis latihan khusus selalu saja keruang musik.
**
Pagi ini terasa special, meski aku terperangkap di dorm dan jauh dari rumah dihari ulang tahunku. Tapi tadi malam, lebih tepatnya tepat tengah malam, setelah mendapat pesan ucapan selamat ulang tahun dari ibuku, pemuda bernama Kim Taehyung itu menelponku dan menyanyikan selamat ulang tahun untukku. Entah sejak kapan, mendengar suara Taehyung melalui telpon terasa begitu special buatku, sehingga membuatku terus tersenyum sampai pagi ini..
Aku bergegas mandi untuk berangkat ke tempat latihan, karena hari ini libur sekolah jadi jadwalku langsung berawal diruang latihan. Aku keluar dengan senyum lebarku, saat tahu bahwa Taehyung sudah menungguku diluar.
“kau kenapa?”, pertanyaan itu langsung saja keluar, saat kulihat ekspresi Taehyung yang kurang baik
“Jungkook... aku khawatir padanya”, kata Taehyung yang terlihat betul sedang khawatir. “semalam ia pulang ke dorm sangat larut. Sekitar jam satu pagi, aku melihat tangan kanannya di gips. Saat aku tanya, ia tak menjawab apapun dan masuk ke kamar mandi dalam waktu yang lama. Saat aku terbangun dipagi hari, ia sudah tak ada di dorm.” Jelas Taehyung
Setelah mendengarnya, tanpa aba-aba aku segera menelpon Jungkook. Ia mengabaikan panggilan pertamaku, tapi aku terus mencoba menghubunginya
“Jungkook kau dimana?!!”, tanyaku cepat setelah Jungkook menjawab telponku yang kesekian.
“aku harus pergi Tae.. mian.” Aku berlari meninggalkan Taehyung didepan dorm, segera setelah Jungkook memberitahukan keberadaannya.
**
Prang!! Prang!! terdengar suara piano yang ditekan asal. Aku segera masuk keruang bawah tanah tempat sumber suara itu dan menemukan Jungkook disana sedang tertunduk didepan sebuah piano tua.
“Jungkook-aah apa yang kau lakukan?!!”, tanyaku segera
Aku tersentak saat melihat Jungkook mengangkat wajahnya dengan mata yang sembab, hatiku sakit melihatnya seperti itu. Aku berjongkok didepannya dan meraih tangannya yang di masih gips.
“Jungkook-aah, apa yang kau lakukan?”, aku mengusap tangan itu pelan, dengan mata yang berkaca-kaca.
Laki-laki itu memelukku degan satu tangannya yang masih berfungsi baik, terdengar jelas isakannya ditelingaku. Aku menepuk pundaknya, mencoba memberi ketenangan
“aku merusak tanganku dihari penting ini, aku sudah berlatih memainkannya, tapi sekarang sia-sia dengan tanganku yang seperti ini”, ucapnya susah payah
“tak ada yang sia-sia, kau dapat memainkannya saat tanganmu sembuh”, kataku menguatkannya, sambil terus menepuk pundaknya
Ia melepaskan pelukannya, “tak ada hari lain, untuk hadiah ulang tahunmu”,
“kau berlatih selama sebulan hanya untuk hari ini?”, tanyaku dengan suara agak keras.
Pemuda didepanku itu malah tersenyum seraya mengangguk pelan.
 “Hentikan kebodohanmu! Aku tak perlu hadiah apapun Kook, Yang terpenting adalah kesembuhan tanganmu, agar kau bisa merajut kembali mimpi-mimpimu”, lirihku pada Jungkook
“aku tak baik dalam merangkai kata, aku tak punya lelucon atau tingkah aneh seperti yang Taehyung lakukan, tapi hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membuatmu tersenyum”, jelas Jungkook sambil mengusap kepalaku dan tersenyum
“tapi.. buatku mimpimu yang paling penting”, ucapku pelan dengan diiringi cairan bening yang mulai jatuh
Tangan besarnya menghapus butiran air yang membasahai pipiku, kemudian menuntunku untuk sama-sama duduk dan bermain piano bersama. Aku membantunya bermain piano dan aku bernyanyi lagu favoritku, aku tersenyum pada teman baikku ini karena lebih mementingkan aku dari pada memikirkan mimpinya, aku senang memilikinya dihidupku.
Jungkook tersenyum pula padaku, “aku menyukaimu”, setelah kata itu ia memelukku lagi..
Aku tercekat, kenapa malah terlintas wajah Taehyung. Aku menjauhkan tubuh Jungkook, aku menatapnya sesaat sebelum aku keluar ruangan itu meninggalkannya.
Deg..
Sosok yang baru saja terlintas di pikiranku, entah sejak kapan sudah berdiri di tangga ini dan melihat kearahku dan Jungkook. “Tae..”
Aku tak sanggup melihat matanya yang sendu, aku berlalu mengacuhkannya. Terdengar sayup-sayup ditelinga ia memanggil namaku, tapi tak aku hiraukan karena suasana hatiku sedang tak karuan..
**
“Yoon-ah ada temanmu datang menjenguk”, suara ibu dari balik pintu
Terhitung sudah dua hari setelah kejadian itu aku tak pernah datang untuk latihan dengan alasan sakit.
“Yoon-ah..”, suara Taehyung yang diikuti dirinya muncul dari balik pintu.
Senyum yang selalu aku rindukan, senyum yang tak sedikitpun berubah bahkan setelah kejadian itu.
“Kookie-ah masuklah”, Taehyung menarik Jungkook yang ternyata ada dibelakangnya.
Saat itu dalam hatiku terus berkata, “aku mohon.. Jungkook belum mengatakan apapun pada Taehyung, tentang perasaannya padaku”.
Jungkook terus saja mengajakku bicara, sedangkan Taehyung hanya duduk di ujung tempat tidurku sambil terus memainkan telpon genggamnya. Bahkan mungkin ia tak menyadari aku yang terus melirik ke arahnya, aku hanya berharap Taehyung bisa ikut duduk lebih dekat dan tertawa bersamaku.
Aku merasa ada yang aneh pada sikap Taehyung, biasanya ia tak akan betah diam walau hanya sebentar dan akan langsung saja masuk diantara pembicaraan aku dan Jungkook. Tapi sekarang ia lebih diam, apa yang terjadi padanya..
“aku harus pamit sekarang, Jin hyung mengajaku pergi”, ucap Taehyung tiba-tiba seraya menepuk pundak Jungkook. “aku duluan ya?”, yang dibalas anggukan singkat Jungkook
Jangan pergi Tae.. kita bahkan belum bicara apapun. Ingin rasanya kalimat seperti itu keluar dari mulutku, hanya saja aku tak ingin membuat Jungkook merasakan sakit.
**
“Tae!! Berhenti!”, teriakku pada Taehyung yang baru saja aku lihat membeli minuman dari sebuah mesin otomatis. “Tae berhenti! Kenapa kau terus menghindar?”.
“ayolah Yoon hentikan~”, ucapnya malas
“aku menyukaimu!!”, pada akhirnya teriakanku menghentikannya.
Ia berbalik dan berjalan ke arahku, “jangan egois Yoon!! Hargailah perasaan Jungkook, hentikan menyukaiku. Hentikan bersikap peduli padaku. Hentikan!”, jelasnya lirih dengan menekankan setiap katanya sambil menatap ke arahku nanar
Aku tercekat setelah mendengar kata-kata Taehyung, dia benar.. akulah yang egois yang lebih mementingkan perasaanku sendiri. Aku tak memikirkan perasaan orang yang bahkan lebih mementingkan memberi kebahagiaan padaku, Jungkook. Aku tak pernah memikirkan bagaimana pertemanan antara Taehyung dan Jungkook nantinya jika aku terus memaksakan perasaanku seperti ini.
Sekujur tubuhku mulai bergetar karena menahan tangis yang sebentar lagi pecah, Taehyung menurunkan nada suaranya. “Yoon.. dengarkan aku. Jungkook yang lebih dulu menyukaimu, aku tak ingin keberadaanku memberikan rasa sakit untuknya”, jelas Taehyung lagi kemudian mencoba pergi
Aku menahan tangannya dan berdiri didepannya sambil menangis, aku mencoba membuat manik matanya bertemu dengan mataku, tapi tangan itu melepaskan tanganku dan pergi. Padahal aku hanya ingin tahu jawaban atas perasaanku saja, agar aku tahu.. aku harus bagaimana.
**FLASHBACK END**
aku melihat kearah telpon genggam yang masih bergetar dan baru saja ku ambil dari dalam tas kecilku, nama ayahku yang tertera dilayar.
“kau jadi ikut ayah kembali ke Filipina malam ini?”, tanya Ayah dari sebrang telpon, yang terdengar olehku samar-samar
Aku berjalan, melewati kerumunan yang berdesakkan menuju pintu keluar untuk menelpon ayahku yang baru saja aku putuskan secara sepihak karena terlalu berisik.
“ya ayah.. aku ikut”, jawabku singkat segera setelah ayah mengangkat telponnya
Aku kembali masuk kedalam tempat showcase berlangsung, setelah membuat janji untuk bertemu dibandara pukul 22.00 KST nanti. Keadaan didalam sudah agak tenang, tak ada suara musik yang terdengar acara, sudah beralih kesesi tanya jawab antara fans dan member BTS.
Dengan pose melipat tangan didada, aku berdiri dibarisan belakang karena tak mungkin lagi untuk menerobos kedepan. MC mulai membacakan beberapa pertanyaan yang sudah dipilih member BTS dari papan pertanyaan, yang terdiri dari pertanya-pertanyaan yang sudah ditulis fans langsung, mungkin pertanyaan gila yang ku tulis juga terselip disana.
“siapakah member yang paling banyak memiliki aegyeo?”, tanya mc setelah membaca sebuah note warna kuning
Semua member serempak menunjuk ke arah V yang tengah sibuk memainkan microphone ditangannya.
“aku..?”, tanyanya kemudian tertawa
“ayo perlihatkan aegyeo mu.”, kata Suga sambil mengambil alih microphone ditangan V
Semua orang tertawa melihat aegyeo V yang lebih tepat jika disebut aneh, aku pun ikut tertawa diantara keramaian itu.
Perlahan mata ini mulai berkaca-kaca, dua detik kemudian airnya terasa membasahi pipi. Kenangan-kenangan yang lalu mulai kembali, saat V selalu membuatku tertawa karena tingkahnya. Bahkan saat aku menonton film yang sedih sekalipun, atmosfirnya akan berbeda jika itu ditonton bersamanya.
“bagaimana dengan maknae? Biasanya maknae penuh dengan aegyeo”, tanya MC yang diiringi dengan sedikit penjelasan
“ueeyy..”, seru semua member serempak sambil memusatkan perhatiannya pada Jungkook yang tengah tersenyum simpul tertunduk malu.
“aku maknae yang tak punya aegyeo..”, jelas Jungkook kemudian melemparkan pandangannya ke arah penonton
Mata itu, mata yang dulu selalu menatapku tajam.. tatapan yang selama dua tahun selalu aku rindukan, kini tepat bertemu dengan manik mataku yang tengah menatapnya intens.
**
Setelah menyanyikan lagu terakhirnya yang berjudul I Like It, showcase pun ikut berakhir. Aku masih berdiri ditempat, menunggu kerumunan itu sepi sambil melihat kearah layar telpon genggamku yang sudah menunjukkan pukul 21.14 KST.
Sesekali aku melirik ke arah panggung yang sudah kosong, berharap Taehyung atau Jungkook akan keluar mencari keberadaanku atau mungkinseorang staf yang di utus untuk menuntunku ke mereka. Aku mohon kali ini adegan yang aku selalu lihat dalam cerita fiksi terjadi dalam hidupku.. aku harap mereka menahanku sebelum aku pergi jauh, lagi..
Aku berusaha memulihkan suasana hatiku dan keluar dari tempat showcase ini dengan perasaan yang sama seperti dua tahun lalu saat aku meninggalkan mimpiku untuk debut sebagai penyanyi dan pergi dari kehidupan mereka.
Now we are just a memory..
I was happy..
Don’t forget me..
Let’s meet again..



END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar