Kamis, 19 Juni 2014

Hakikat Bimbingan di Sekolah Dasar

BAB IPENDAHULUAN 

A.     Latar Belakang

Anak dengan kebutuhan khusus perlu dikenal dan diidentifikasi dari kelompok anak pada umumnya, oleh karena mereka memerlukan pelayanan yang bersifat khusus. Pelayanan tersebut dapat berbentuk pertolongan medik, latihan-latihan therapeutic, maupun program pendidikan khusus, yang bertujuan untuk membantu mereka mengurangi keterbatasannya dalam hidup bermasyarakat.
Dalam rangka mengidentifiksi (menemukan) anak dengan kebutuhan khusus, diperlukan pengetahuan tentang berbagai jenis dan gradasi (tingkat) kelainan organis maupun fungsional anak melalui gejala-gejala yang dapat diamati sehari-hari.
Dalam PP Nomor 72 Tahun 1991 Bab XII Pasal 28 Ayat I dinyatakan bahwa : "Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengatasi masalah yang disebabkan oleh kelainan yang disandang, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan ".

Dari pernyataan ini tampak jelas bahwa layanan bimbingan memegang peranan penting dalam mempersiapkan siswa menghadapi masa depannya. DI pihak lain, guru sebagai pengelola inti dalam proses belajar mengajar (PBM) mempunyai tugas untuk melaksanakan layanan bimbingan di sekolahnya, terlepas dari ada atau tidak ada petugas khusus yang disiapkan untuk itu. Peran guru sebagai pembimbing semakin diperkokoh posisinya selaku fasilitator dalam mencapai perkembangan siswa secara optimal.
Guru di sekolah dasar khususnya, di samping merupakan petugas inti pengelola peristiwa belajar mengajar dan pemelancar belajar siswa, juga memegang peranan kunci dan menjadi suatu keharusan bagi guru tersebut untuk bertanggung jawab atas pelaksanaan layanan bimbingan khususnya dalam proses pembelajarannya.
Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan guru di sekolah dasar, tidak dipersiapkan untuk menjadi seorang konselor terlebih konselor bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Dengan demikian, pengetahuan guru tentang Bimbingan dan konseling relatif sedikit. Demikian pula program yang khusus dirancang bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar belum tersedia, sementara siswa yang dihadapi guru sangat memerlukan layanan bimbingan secara khusus, sehingga setiap kebutuhan siswa dapat terpenuhi.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan hakikat bimbingan di sekolah dasar
2.      Apa itu makna dan prinsip umum bimbingan
3.      Apa kedudukan dan permasalahan bimbingan di sekolah dasar
4.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan perkembangan dalam bimbingan 

C.     Tujuan

1.      Mengetahui konsep dasar hakikat bimbingan di sekolah dasar
2.      Memahami makna dan prinsip umum bimbingan
3.      Agar mengetahui tentang kedudukan dan permasalahan bimbingan di sekolah dasar
4.      Agar mengetahui tetang pendekatan perkembangan dalam bimbingan


BAB II

PEMBAHASAN

1.      Hakikat Bimbingan di Sekolah Dasar

            Konsep belajar tuntas yang dianut kurikulum di Indonesia menuntut agar para siswa dalam setiap pertemuan pembelajaran dapat menguasai unit bahan tertentu secara tuntas sebelum siswa tersebut melanjutkan usahanya untuk mempelajari atau menguasai bahan selanjutnya. Penguasaan terhadap bahan yang kini sedang dipelajarinya akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap usaha dan keberhasilan siswa dalam menguasai bahan berikutnya.
Kenyataan menunjukan kepada kita bahwa tidak semua siswa, pada setiap saat berhasil dalam kegiatan belajar yang dilakukannya. Ketidakberhasilan yang dialami siswa dapat bersumber pada keadaan diri siswa sendiri atau dapat pula bersumber pada faktor uang ada diluar dirinya. Yang pasti bahwa mereka, sadar ataupun tidak membutuhkan bimbingan orang lain dalam usaha mengatasi kesulitan yang dihadapinya agar tujuan belajar yang mereka lakukan tercapai secara lebih baik. Layanan bimbingan ini lebih-lebih dirasakan kebutuhannya bagi siswa-siswa anak berkebutuhan khusus yang karena kelainannya yang bermacam-macam dapat merupakan salahsatu faktor timbulnya kesulitan belajar di sekolah.
Kebutuhan akan bimbingan sangat dipengaruhi oleh factor filosofis, psikologis, social budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, demokratisasi dalam pendidikan dan perluasan program pendidikan. Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semangat memberikan bimbingan adalah filsafat humanism. Aliran filsafat ini berpandangan bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat di kembangkan seoptimal mungkin. Aliran ini mempunyai keyakinan bahwa masyarakat yang miskin dapat dikembangkan melalui bimbingan pekerjaan, dan pengangguran dapat dihapuskan. Mereka berpandangan bahwa sekolah adalah tempat yang baik untuk memberikan bimbingan pekerjaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Latar belakang psikologis berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain dalam perkembangannya. Implikasi dari keagamaan ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan keunikan atau potensi masing-masing tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman individu bimbingan diperlukan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkunganya.
Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sistem lain. Keterbukaan ini mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran, dan perubahan nilai dalam masyarakat, yang akan mewarnai cara berpikir dan perilaku individu. Nilai menjadi hal penting dalam perkembangan individu karena nilai menjadi dasar bagi individu dalam proses memilih dan mengambil keputusan. Bimbingan dan konseling membantu individu memelihara, menginternalisasi, memperhalus, dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengembangan diri.
Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kesempatan kerja berkembang dengan cepat pula., sehingga siswa memerlukan bantuan dan pembimbing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang selalu berubah dan meluas.
Sistem pemerintah yang semakin demokratis berdampak positif terhadap seluruh aspek kehidupan. Kesempatan yang sama untuk semua orang telah menjadi kenyataan dalam berbagai bidang, baik di sekolah, universitas, perguruan tinggi lainnya, pabrik-pabrik dan industri, maupun di kalangan professional. Sekolah-sekolah  menampung murid-murid dari berbagai asal-usul dan latar belakang yang berbeda. Keadaan ini menimbulkan bertumpuknya masalah yang dihadapi seseorang yang terlibat dalam kelompok campuran itu. Dalam keadaan semacam ini pelayanan bimbingan merupakan salah satu cara untuk menanngulangi masalah tersebut.
Perluasan program pendidikan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tingkat pendidikan setinggi mungkin sesuai dengan kemampuannya. Arah ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan. Yaitu dalam memilih kelanjutan sekolah yang paling tepat. Serta menilai kemampuan siswa yang bersangkutan, mungkinkah dia melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Perkembangan di bidang industri selain berdampak positif, juga berdampak negatif terhadap kehidupan sosial para remaja, terutama mereka yang tinggal di kota-kota industri. Kenakalan remaja meningkat, ketegangan dan prasangka rasial yang didasarkan sentimen keagamaan meningkat, peranan rumah sebagai penunjang, penggerak dan Pembina moral tidak efektif, moral dan nilai-nilai menjadi kacau tidak menentu. Kondisi tersebut membutuhkan bimbingan yang memadai untuk menanggulanginya.

1.1.Makna dan Prinsip Umum Bimbingan

Banyak ragam definisi yang bisa diangkat tentang bimbingan. Satu definisi bimbingan yang diangkat disini ialah bahwa “ bimbingan adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.” Definisi ini memiliki makna bahwa:
  1. Bimbingan adalah suatu proses. Sebagai suatu proses bimbingan merupakan kegiatan yang berkelanjutan, berlangsung terus menerus dan bukan kegatan seketika atau kebetulan. Bimbingan adalah kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan dan bukan kegiatan sewaktu-waktu atau insidential.
  2. Bimbingan adalah bantuan. Maksudnya adalah mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa, memberikan dorongan dan semangat, menumbuhkan keberanian bertindak bertanggung jawab, mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri.
  3. Bantuan itu diberikan kepada individu. Individu yang diberi bantuan adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan diberikan dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu. Tidak ada teknik pemberian bantuan yang berlaku umum bagi semua siswa karena bantuan yang diberikan kepada siswa akan dipahami dan dimaknai secara individual sesuai dengan pengalaman, kebutuhan, dan masalah yang dihadapi siswa. Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada siswa harus didasarkan kepada pemahaman terhadap kebutuhan dan masalah siswa. Oleh karena itu guru perlu memiliki keterampilan memahami perkembangan, kebutuhan, dan masalah siswa.
  4. Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal. Maksudnya perkembangan yang sesuai dengan potensi dan system nilai tentangkehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik dimana individu mempu mengenal dan memahami diri, berani menerima kenyataan diri, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan system nilai , melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.

1.2.Prinsip- Prinsip Umum Bimbingan    

  1. Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang. Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepadda siswa harus bertolak dari perkembangan dan kebutuhan siswa.  Pembimbing bertugas untuk membantu siswa memahami system nilai sebagai bagian dari proses pengembangan dirinya.
  2. Bimbingan diperuntukan bagi semua siswa. Ini berarti bahwa pembimbing perlu memahami perkembangan dan kebutuhan siswa secara menyeluruh, dan menjadikan perkembangan dan kebutuhan siswa tersebut sebagai salah satu dasar bagi penyusunan program bimbingan di sekolah. Prinsip ini juga mengandung arti bahwa pemberian bantuan kepada siswa tidak menunggu munculnya massalah pada siswa melainkan diarahkan kepada upaya mencagah munculnya masalah dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah sendiri.
  3. Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi perkembangan siswa. Ini berarti bahwa dalam bimbingan semua segi perkembangan siswa baik fisik, mental dan social maupun emosional dipandang sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan.
  4. Bimbingan berdasarkan pada pengakuan atas kemampuan individu untuk menentukan pilihan. Ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan sendiri tentang apa yang akan dia lakukan. Pembimbing tidak emilihkan sesuatu untuk siswa melaikan membantu mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan pilihan.
  5. Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah proses pengembangan aspek intelektual semata, melainkan proses pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa. Ini berarti bahwa didalam praktek pendidikan tidak cukup hanya melaksanakan proses pembelajaran yang lebih banyak terpokus  kepada membantu siswa menguasai pengetahuan secara intelektuan melainkan juga harus disertai dengan pengembangan aspek lain seperti keterampilan social, kecerdasan emosional, disiplin diri, pemahaman nilai, sikap dan kebiasaan belajar.
  6. Bimbingan dimaksudkan untuk membentu siswa merealisasikan dirinya. Ini berarti bahwa bantuan di dalam proses bimbingan diarahkan untuk membantu siswa memahami dirinya, mengarahkan diri kepada tujuan yang realistic dan mencapai tujuan yang realistic itu sesuai dengan kemampuan diri dan peluang yang di peroleh.

1.3.Kedudukan dan Permasalahan Bimbingan di Sekolah Dasar

Secara formal kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam UU No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beseta perangkat Peraturan Pemerintahannya. Hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan dasar dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28/1989. Pada pasal 25 dalam PP tersebut dikatakan bahwa:
1)      Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan;
2)      Bimbingan dilakukan oleh guru pembimbing.
Adapun target layanan bimbingan, antara lain:
a.       Siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi;
b.      Siswa yang mengalami kesulitan belajar;
c.       Siswa dengan perilaku bermasalah.

Pengakuan formal seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di Sekolah Dasar perlu dilaksanakan secara terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki kemampuan untuk itu. Oleh karena itu, guru Sekolah Dasar dikehendaki memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan.
            Keberadaan bimbingan di SD terkait erat dengan sistem pendidikan dasar 9 tahun. Sehingga SD tidak hanya mengantarkan siswanya untuk tamat belajar, melainkan harus membantu siswa mengembangkan kesiapan baik dalam segi akademik, social maupun pribadi untuk memasuki proses pendidikan di SLTP. Ini berarti bahwa di Sekolah Dasar guru memegang peran kunci didalam pelaksanaan bimbingan. Pada tingkat Sekolah Dasar bimbingan dapat dikatakan identik “mengajar yang baik” terutama jika guru memainkan peran-peran penting dalam mengembangkan lingkungan kondusif bagi perkembangan siswa.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di SD bertolak dari kebutuhan dan masalah perkembangan siswa. Temuan lapangan (Sunaryo Kartadinata, 1992; Sutaryat Trisnamansyah, dkk, 1992) menunjukkan bahwa masalah perkembangan siswa Sekolah Dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan social. Masalah perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan layanan bimbingan di SD ialah tentang keragaman individual siswa amat lebar.
Adapun hubungan bimbingan dengan kurikulum antara lain: kurikulum merupakan rancangan pengalaman belajar bagi siswa untuk mempercepat perkembangan intelektualnya. Karena perkembangan siswa SD yang bersifat holistik  yang menghendaki keterpaduan antara layanan bimbingan dan proses pembelajaran, maka:
Pertama, bimbingan merupakan piranti (instrument) untuk memahami rentang kecakapan, prestasi, minat, kekuatan, kelemahan, masalah, dan karakteristik perkembangan siswa sebagai segi- segi esensial yang mendasar perencanaan kegiatan kurikuler;
Kedua, bimbingan membantu siswa dalam memahami dan memasuki kegiatan belajar yang disediakan dalam pengalaman kurikuler itu.

1.4.Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan

Myrick dalam Muro&Kotman, 1995 yang diperjelas kembali oleh Sunaryo Kartadinata (1998: 15) dan Ahman (2005: 11-34) mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan, yaitu pendekatan (a) krisis, (b) remedial, (c) preventif, (d) perkembangan.
Dalam pendekatan krisis, pembimbing menunggu munculnya suatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis itu. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara pasti dapat mengatasi krisis itu. Contohnya seorang anak dating mengadu kepada guru sambil menangis karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini akan meminta anak itu membicarakan penyelesaian masalah dengan temannya tersebut. Bahkan mungkin akan memanggil anak-anak itu ke kantornya untuk membicarakan penyelesaian masalah.
Dalam pendekatan remedial, guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak. Tujuannya adalah menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin terjadi. Berbagai strategi bisa dilakukan seperti mengajarkan kepada siswa keterampilan tertentu misalnya keterampilan berdamai sehingga siswa tadi memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah hubungan antar pribadi.
Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah generic dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok, dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada siswa secara umum. Model ini didasarkan pada pemikiran bahwa bila guru dapat mendidik siswanya untuk menyadari bahaya dari berbagai kegiatan dan menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu maka pembimbing akan dapat mencegah siswa dari perbuatan yang membahayakan tersebut. Teknik yang dapat digunakan diantaranya mengajar dan memberikan informasi. Dari contoh diatas, guru akan mengajarkan sikap toleran dan memahami orang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu.
Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif dibandingkan tiga pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pemahaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan dalam kehidupan. Pendekatan ini memberikan perhatian kepada tahap-tahap perkembangan siswa, kebutuhan, dan minat serta membantu siswa mempelajari keterampilan hidup (Robert Myrick, 1989). Teknik yang dapat dilakukan diantaranya mengajar, menukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan konseling. Dari contoh diatas, guru yang menggunakan pendekatan ini, akan menangani anak sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman belajar bagi anak itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadi yang diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain. Oleh karena itu, keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi kebutuhan siswa akan dirumuskan ke dalam  suatu kurikulum bimbingan atau dirumuskan sebagai layanan dasar umum.
Pendekatan perkembangan bertolak dari pemikiran bahwa perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antarsiswa dengan lingkungannya. Hal ini membawa dua implikasi pokok bagi pelaksanaan bimbingan di Sekolah, antara lain:
1.         Perkembangan adalah tujuan bimbingan;
2.         Interaksi yang sehat merupakan iklim lingkungan perkembangan sebagai pendukung sistem pelaksanaan bimbingan di sekolah.

Ada empat komponen program dalam bimbingan perkembangan yaitu:
1.       Layanan dasar bimbingan adalah layanan umum yang diperuntukkan bagi semua siswa;
2.       Layanan responsive adalah layanan yang diarahkan untuk membantu siswa mengatasi masalah yang dihadapi pada saat itu;
3.       Layanan perencanaan individual adalah layanan yang dimaksudkan untuk membantu siswa mengembangkan dan mengimplementasikan rencana pendidikan, karir, dan pribadi;
4.       Komponen pendukung sistem adalah komponen yangberkaitan dengan aspek menejerial.

Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi as-pek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar